Gerebek Suran dan Peringatan Tahun Baru Islam ke 1445 H
SAMBENG WETAN - Desa Sambeng Wetan, sebuah kawasan yang kaya akan tradisi dan seni budaya, setelah dalam kurun waktu 2 Tahun terakhir terhenti semua kegiatan dan perayaan besar karena Pandemi Covid-19, hingga pada hari Minggu, 6 Agustus 2023 Desa Sambeng Wetan kembali menjadi pusat perhatian dalam rangkaian acara Festival Pagelaran Seni Budaya. Acara tahunan yang diadakan oleh masyarakat desa ini telah menjadi perayaan yang dinantikan oleh warga setempat serta para pengunjung dari berbagai penjuru. Salah satu puncak kegiatan dalam festival ini adalah "Gerebek Suran," sebuah peringatan meriah menyambut tahun baru Islam ke-1445 Hijriah.
Tradisi Gerebek Suran
Gerebek Suran adalah tradisi yang telah diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi di Desa Sambeng Wetan. Tradisi ini dilakukan pada awal Muharram sebagai bentuk perayaan menyambut Tahun Baru Islam. Dalam Gerebek Suran, gunungan hasil bumi menjadi fokus utama perayaan. Gunungan ini merupakan simbol keberuntungan, keberkahan, dan kemakmuran di tahun baru.
Acara dimulai dengan persiapan Gunungan yang berlangsung beberapa hari sebelum perayaan. Masyarakat Desa Sambeng Wetan bekerja keras untuk memastikan Gunungan terlihat spektakuler. Mereka menghiasi Gunungan dengan berbagai hasil bumi seperti padi, jagung, sayuran, dan buah-buahan. Gunungan hasil bumi ini menjadi lambang syukur atas hasil panen yang melimpah di tahun baru.
Peringatan Tahun Baru Islam yang Meriah
Pada saat hari-H, warga Desa Sambeng Wetan berkumpul di sekitar Gunungan hasil bumi yang telah dihiasi dengan megah. Sorak-sorai kegembiraan pun menggema di seluruh desa saat Gunungan diarak keliling desa. Pecah suara musik mengiringi acara ini dengan musik yang merdu, menciptakan atmosfer yang penuh kegembiraan dan semangat.
Salah satu sorotan utama dalam peringatan ini adalah pagelaran seni wayang kulit semalam suntuk bersama Ki Wahyu Eko Saputro sebagai dalang. Lakon yang dipilih untuk malam tersebut adalah "Wahyu Tohjali," sebuah cerita yang sarat akan nilai-nilai kehidupan, kebijaksanaan, dan moralitas. Ki Wahyu Eko Saputro, seorang dalang terkemuka, membawakan lakon ini dengan penuh semangat dan keahlian yang mengagumkan. Para penonton dapat menikmati pertunjukan wayang kulit yang kaya akan nuansa budaya Jawa dan pesan moral yang dalam.
Penghargaan pada Budaya Lokal
Festival Pagelaran Seni Budaya di Desa Sambeng Wetan dan peringatan Tahun Baru Islam ini bukan hanya tentang merayakan tradisi lokal, tetapi juga memberikan penghargaan pada kekayaan budaya dan seni yang ada dalam masyarakat desa. Ini merupakan bentuk pelestarian dan pemajuan budaya tradisional dalam era yang terus berkembang.
Acara ini juga menjadi ajang untuk mempererat tali persaudaraan antarwarga dan memperkenalkan keindahan budaya Desa Sambeng Wetan kepada dunia luar. Dengan semakin banyaknya pengunjung yang tertarik datang ke desa ini, diharapkan masyarakat dapat memperoleh manfaat ekonomi dari tradisi budaya tahunan ini.
Menyambut Muharram dengan Penuh Kebahagiaan
Gerebek Suran Peringatan Tahun Baru Islam ke-1445 Hijriah di Desa Sambeng Wetan adalah bukti bahwa tradisi dan budaya lokal masih hidup dan berkembang dengan megah. Dengan semangat kebersamaan dan kebahagiaan yang terpancar dari acara ini, masyarakat Desa Sambeng Wetan berhasil menjaga dan mempertahankan akar budaya mereka yang kaya.
Sembari menyambut Muharram dengan penuh kebahagiaan, mereka juga berharap agar nilai-nilai kebijaksanaan, persatuan, dan perdamaian yang diusung oleh tradisi ini dapat merasuki semua orang yang hadir. Gerebek Suran bukan hanya merayakan perubahan tahun, tetapi juga memberikan inspirasi dan semangat baru untuk menjalani kehidupan yang lebih baik dan bermakna. (/Red.)